Apa Itu Flexing dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Mental

Apa Itu Flexing dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Mental

Apa Itu Flexing dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Mental – Semakin populernya sosial media menimbulkan beberapa fenomena-fenomena baru. Kini sosial media tidak hanya untuk berkomunikasi namun juga menjadi alat branding seseorang. Akibatnya citra bisa dengan mudah dibentuk lewat sosial media hingga muncul fenomena Flexing. Apa itu Flexing dan pengaruhnya akan di bahas disini.

Apa Itu Flexing?

Flexing sebenarnya bukan merupakan istilah baru. Adapun istilah ini merunut pada pengertian menunjukkan atau mendemonstrasikan sesuatu. Pada milenial dan gen Z menyebut istilah ini untuk kegiatan memamerkan sesuatu.

Kegiatan memamerkan tidak terbatas hanya pada materi namun juga hal lain seperti pencapaian kerja, atmosfir kantor, penghasilan di online shop, dan juga pencapaian hidup lainnya.
Melakukan Flexing dengan batas wajar tentunya bukan menjadi masalah. Namun bagaimana jika perilaku ini justru mengarah pada gangguan mental? Simak pengaruhnya berikut ini.

Apa Pengaruh Flexing pada Kesehatan Mental?

Fenomena tren Flexing ini bisa mempengaruhi kesehatan mental. Adapun Flexing sendiri sebenarnya berasal dari keinginan jiwa yang belum terpenuhi sehingga perlu mendapatkannya dari validasi luar. Jika berlebihan bisa berakibat sebagai berikut.

1. Rendahnya Kepercayaan Diri
Memamerkan suatu materi atau pencapaian bisa menjadi tanda bahwa seseorang masih membutuhkan banyak pengakuan dari orang lain.

Validasi dari orang lain tentu masih diperlukan untuk memvalidasi hal-hal yang jiwa kita belum bisa memahami.

Akan tetapi jika setiap saat memerlukan validasi hingga jati diri bergantung pada siapa yang memuji setiap hari, tentunya ini bukan pertanda yang sehat.

Jika Flexing terus menerus dilakukan maka orang akan semakin ketagihan untuk terus memamerkan sesuatu demi mendapat validasi.
Akibat jika tidak mendapatkan validasi, kepercayaan diri kamu jadi rendah dan bergantung hanya dari pengakuan luar.

2. Merasa Tidak Pernah Puas
Ketika seseorang memamerkan materi maupun prestasi di sosial media, tidak menutup kemungkinan akan selalu ada orang lain yang memiliki pencapaian lebih. Jika Flexing bertujuan untuk mendapatkan gelar siapa yang terpaling dalam kategori tertentu.

Dengan selalu adanya pesaing yang akan menyaingi prestasi kamu, maka kamu akan merasa tidak pernah puas dengan pencapaian yang ada. Tentu saja perasaan ini akan menjadi tekanan dan kemudian akan berpengaruh pada kesehatan mental.

3. Meningkatkan Ketagihan Sosial Media
Flexing atau kegiatan memamerkan harta dan prestasi lebih banyak di sosial media. Para influencer banyak yang melakukan ini untuk menarik followers dan juga membangun branding. Namun lain halnya jika Flexing tidak ditujukan sebagai alat promosi.

Apa itu Flexing individu yang dilakukan hanya agar mendapatkan pengakuan atau eksis di sosial media tanpa benefit apapun, maka seseorang bisa menjadi ketagihan dengan sosial media.
Semua jenis ketagihan termasuk ketagihan sosial media tentunya tidak sehat bagi kesehatan mental dan juga kualitas hidup. Karena fokus bersaing maka seseorang bisa lupa untuk menjaga kualitas diri dan juga kebutuhan jiwa dan raga.

Apa Itu Flexing dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Mental

Apa Ciri Flexing Berlebih yang Tidak Sehat?

Flexing bisa menjadi salah satu cara marketing dan juga membangun personal branding. Mengatur Flexing yang sesuai harus proporsional dengan kebutuhan. Namun jika Flexing lebih ke arah tujuan pribadi saja, bisa membuat kesehatan mental tidak sehat.

Apa saja ciri apa itu Flexing yang berlebih? Ada beberapa ciri Flexing sudah tidak lagi sehat.
– Pengguna jadi terobsesi untuk mendapatkan pengakuan hingga memalsukan data. Pemalsuan data ini bertujuan agar orang lain terkesan. Dalam beberapa kasus bahkan ada yang menghalalkan segala cara agar bisa tampil sesuai keinginan khalayak umum.

– Hubungan sosial memburuk karena adanya persaingan antar pengguna. Jika sudah terobsesi menjadi paling baik dalam hal apapun, sikap tersebut bisa mengarah ke congkak dan membuat orang lain kurang suka.

Bagaimana Menyikapi Fenomena Flexing?

Setelah tahu apa itu Flexing dan juga pengaruhnya terhadap kesehatan mental, kamu perlu mengetahui bagaimana menyikapi dan juga menghindari pengaruh negatif dari tren yang satu ini.

1. Perbanyak Bersyukur
Tekanan sosial tidak akan pernah berhenti karena standar dan penilaian manusia terus berubah. Jika kamu memaksakan untuk selalu Flexing maka hanya akan mempersulit hidup.
Oleh karena itu perbanyaklah bersyukur dengan materi dan juga pencapaian yang sudah ada. Memiliki keinginan lebih bukan suatu hal yang di larang namun dengan motivasi bahwa pencapaian tersebut untuk mengembangkan diri sendiri dan bukan semata-mata untuk pamer.

2. Kurangi Persaingan
Seperti penjelasan sebelumnya, akan ada orang lain yang memiliki pencapaian yang lebih dari kamu. Jika kamu fokus untuk terus menyaingi orang lain maka tidak akan pernah selesai.
Selalu ingat bahwa persaingan yang tidak sehat akan mengganggu kehidupan sosial dan menjadikanmu selalu tidak puas. Alih-alih hanya fokus pada hasil, kamu juga perlu menghargai proses.

Dengan sekecil apapun prestasi yang kamu capai, jika kamu menghayati prosesnya maka kamu akan selalu bisa menghargai pencapaianmu tanpa harus selalu membandingkan dengan orang lain.

3. Perbanyak Nilai Diri
Rasa tidak percaya diri dan terancam oleh pencapaian orang lain muncul karena belum bisa menemukan nilai yang cukup dari diri sendiri.

Jika kamu memiliki banyak nilai pada diri sendiri maka kamu tidak akan merasa minder, takut, dan iri dengan pencapaian orang lain. Pencapaian orang lain tidak akan pernah sama dengan apa yang kita capai.

Mulai perbanyak belajar skill baru, mengasah kemampuan dan juga meningkatkan kualitas diri agar lebih tahan banting dengan tekanan dari luar.
Informasi apa itu Flexing dan bagaimana menyikapi hal tersebut bisa kamu gunakan untuk tetap menggunakan sosial media secara proporsional. Semoga bermanfaat.